Rabu, 11 Mei 2011

Inflasi ASEAN 2002-2009

Pengertian Inflasi
Secara sederhana pengertian inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara langsung. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan International Best Practice antara lain:
  1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
  2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Penyebab inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.      Konsumsi masyarakat yang meningkat.
2.      Berlebihannya likuiditas dipasar yang memicu konsumsi atau spekulasi.
3.      Akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :
1.      Inflasi ringan, yaitu : kenaikan harga berada pada angka dibawah 10% pertahun.
2.      Inflasi sedang, yaitu : kenaikan harga berada pada 10% - 30% pertahun.
3.      Inflasi berat, yaitu : kenaikan harga sudah berkisar antara 30% - 100% pertahun.
4.      Hiperinflasi, yaitu : inflasi yang tidak terkendali apabila kenaikan harga berada di atas 100% pertahun.
Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya :
1.      Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI)
2.      Indeks Harga Produsen (IHP)
3.      Indeks Biaya Hidup atau Cost-of-living Indeks (COLI)
4.      Indeks Harga Komoditas
5.      Indeks Harga barang-barang modal
6.      Deflator PDB

Table Inflation Rates, Year-on-year End of Period
No
Country

Year-on-year end of the period
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1
Brunei Darussalam
-0.3
2.0
1.7
0.7
-0.7
1.3
2.6
1.9
2
Cambodia
3.7
0.5
5.6
6.7
2.8
10.8
12.5
5.3
3
Indonesia
10.0
5.2
6.4
17.1
6.6
6.6
11.9
2.8
4
Laos
15.2
15.2
6.2
8.8
-3.7
5.5
8.5
-
5
Malaysia
1.7
1.2
2.1
3.5
3.1
2.4
4.4
1.1
6
Myanmar
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Philippina
2.5
3.9
8.6
6.7
4.3
3.9
8.0
4.4
8
Singapore
0.4
0.7
1.3
1.3
0.8
4.4
4.9
-0.6
9
Thailand
1.7
1.9
3.0
5.8
3.5
3.2
0.4
3.5
10
Vietnam
4.1
2.9
9.7
8.9
6.6
12.6
19.9
6.9

Tabel diatas adalah tabel inflasi di negara-negara ASEAN dari tahun 2002 – 2009.
Bisa kita lihat bahwa pada tahun 2002 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Laos sebesar 15,2 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar -0,3.
Pada tahun 2003 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Laos sebesar 15,2 dan yang terendah pada negara Cambodia sebesar 0,5.
Pada tahun 2004 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Vietnam sebesar 9,7 dan yang terendah pada negara Singapore sebesar 1,3.
Pada tahun 2005 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Indonesia sebesar 17,1 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar 0,7.
Tabel diatas adalah tabel inflasi di negara-negara ASEAN dari tahun 2002 – 2009.
Bisa kita lihat bahwa pada tahun 2002 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Laos sebesar 15,2 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar -0,3.
Pada tahun 2003 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Laos sebesar 15,2 dan yang terendah pada negara Cambodia sebesar 0,5.
Pada tahun 2004 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Vietnam sebesar 9,7 dan yang terendah pada negara Thailand sebesar 0,4.
Pada tahun 2005 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Indonesia sebesar 17,1 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar 0,7.
Pada tahun 2006 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Indonesia sebesar 6,6 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar 0,7.
Pada tahun 2007 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Vietnam sebesar 12,6 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar 1,3.
Pada tahun 2008 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Vietnam sebesar 19,9 dan yang terendah pada negara Brunei Darussalam sebesar 0,7.
Pada tahun 2009 yang mengalami inflasi paling tinggi adalah dinegara Vietnam sebesar 6,9 dan yang terendah pada negara Singapore sebesar -0,6.

Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
·         Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi mengakibatkan para pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan carai membeli rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.
·         Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.
Untuk menghindari kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka tingkat suku bunga juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif.
·         Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Apabila gagal mengendalikan inflasi, akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya arah perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
·         Menimbulkan masalah neraca pembayaran.
Inflasi akan menyebabkan harga barabg-barang impor lebih murah daripada harga barang yang dihasilkan di dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada ekspor. Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak disbanding yang masuk kedalam negeri. Keadaan ini akan menagibatkan terjadinya deficit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/1999553-pengaruh-inflasi-terhadap-perekonomian/#ixzz1M6NYMQiN






1 komentar: